Peledakan akan memberikan
hasil yang berbeda dari yang diharapkan karena tergantung pada kondisi
eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan yang mempengaruhi kualitas bahan
kimia pembentuk bahan peledak tersebut. Panas merupakan awal terjadinya proses
dekomposisi bahan kimia pembentuk bahan peledak yang menimbulkan pembakaran,
dilanjutkan dengan deflragrasi dan terakhir detonasi. Proses dekomposisi bahan
peledak diuraikan sebagai berikut:
a)
Pembakaran adalah reaksi permukaan
yang eksotermis dan dijaga keberlangsungannya oleh panas yang dihasilkan dari
reaksi itu sendiri dan produknya berupa pelepasan gas-gas. Reaksi pembakaran
memerlukan unsur oksigen (O2) baik yang terdapat di alam bebas
maupun dari ikatan molekuler bahan atau material yang terbakar. Untuk
menghentikan kebakaran cukup dengan mengisolasi material yang terbakar dari
oksigen. Contoh reaksi minyak disel (diesel
oil) yang terbakar sebagai berikut:
CH3(CH2)10CH3
+ 18½ O2 --> 12 CO2 + 13 H2O
b)
Deflagrasi adalah proses kimia
eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi didasarkan pada
konduktivitas termal (panas). Deflagrasi merupakan fenomena reaksi permukaan yang
reaksinya meningkat menjadi ledakan dan
menimbulkan gelombang kejut (shock wave)
dengan kecepatan rambat rendah, yaitu antara 300 – 1000 m/s atau lebih rendah
dari kecep suara (subsonic).
Contohnya pada reaksi peledakan low
explosive (black powder) sebagai
berikut:
v Potassium nitrat + charcoal
+ sulfur
20NaNO3
+ 30C + 10S --> 6Na2CO3 + Na2SO4
+ 3Na2S +14CO2 + 10CO + 10N2
v Sodium nitrat + charcoal +
sulfur
20KNO3
+ 30C + 10S --> 6K2CO3 + K2SO4
+ 3K2S +14CO2 +10CO + 10N2
c) Ledakan,
menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi
bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang
merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan
reaksi kimia, tapi kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang menimbulkan
efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi yang keras. Contoh ledakan antara
lain balon karet ditiup terus akhirnya meledak, tangki BBM terkena panas terus
menerus bisa meledak, dan lain-lain.
d) Detonasi
adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi sangat tinggi,
sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang semuanya membangun
ekspansi gaya
yang sangat besar pula. Kecepatan reaksi yang sangat tinggi tersebut
menyebarkan tekanan panas ke seluruh zona peledakan dalam bentuk gelombang
tekan kejut (shock compression wave)
dan proses ini berlangsung terus menerus untuk membebaskan energi hingga
berakhir dengan ekspansi hasil reaksinya. Kecepatan rambat reaksi pada proses
detonasi ini berkisar antara 3000 – 7500 m/s. Contoh kecepatan reaksi ANFO
sekitar 4500 m/s. Sementara itu shock compression wave mempunyai daya
dorong sangat tinggi dan mampu merobek retakan yang sudah ada sebelumnya
menjadi retakan yang lebih besar. Disamping itu shock wave dapat
menimbulkan symphatetic detonation,
oleh sebab itu peranannya sangat penting di dalam menentukan jarak aman (safety distance) antar lubang. Contoh
proses detonasi terjadi pada jenis bahan peledakan antara lain:
v TNT : C7H5N3O6 --> 1,75 CO2 + 2,5
H2O + 1,5 N2 + 5,25 C
v ANFO : 3 NH4NO3 + CH2 --> CO2 + 7 H2O + 3 N2
v NG : C3H5N3O9 --> 3 CO2 + 2,5 H2O
+ 1,5 N2 + 0,25 O2
v NG + AN : 2 C3H5N3O9
+ NH4NO3 --> 6 CO2 + 7 H2O
+ 4 N4 + O2
Dengan mengenal reaksi
kimia pada peledakan diharapkan peserta akan lebih hati-hati dalam menangani
bahan peledak kimia dan mengetahui nama-nama gas hasil peledakan dan bahayanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar